Harga minyak mentah WTI naik ke sekitar level $67 per barel seiring positifnya prospek permintaan minyak dari Amerika Serikat dan China.
Tingginya permintaan bahan bakar akibat musim liburan musim panas serta meningkatnya konsumsi bensin di AS menjadi katalis positif bagi harga minyak. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi China pada Q2 2025 yang melampaui ekspektasi juga meredakan kekhawatiran terhadap prospek permintaan minyak dari negara tersebut, meskipun masih dibayangi oleh kekhawatiran seputar kebijakan tarif AS.
Kondisi ini sejalan dengan laporan terbaru OPEC+ yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada paruh kedua tahun 2025 akan lebih kuat. Permintaan minyak juga diproyeksi meningkat, ditopang oleh positifnya pertumbuhan ekonomi di India, China, dan Brasil, serta berlanjutnya pemulihan di AS dan Uni Eropa.
Sementara itu, serangan drone yang menghentikan produksi minyak di ladang minyak Sarsang, Irak, turut menopang harga minyak. Namun, penguatan harga minyak dibatasi oleh meredanya kekhawatiran terhadap ekspor minyak Rusia setelah Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan ultimatum 50 hari kepada Rusia agar mengakhiri perang.
Di sisi lain, data dari American Petroleum Institute (API) mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu naik sekitar 19.1 juta barel – angka tertinggi sepanjang sejarah – sehingga membatasi kenaikan harga minyak lebih lanjut.
