Harga minyak mentah WTI turun ke sekitar level $69 per barel, tertekan oleh terus menguatnya mata uang Dolar AS, terlebih setelah Federal Reserve mengindikasikan akan menurunkan suku bunga dengan laju yang lebih lambat pada tahun depan.
Turut membebani harga minyak, Sinopec, yang merupakan perusahaan kilang minyak terbesar di China, mengumumkan bahwa permintaan bensin di negara tersebut telah mencapai puncaknya pada tahun 2022.
Di awal pekan ini, harga minyak sempat ditopang oleh laporan dari Energy Information Administration (EIA) yang mengungkapkan persediaan minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan. Selain itu, keputusan Kazakhstan yang mendukung perpanjangan kebijakan pemangkasan produksi OPEC+ juga turut menopang harga minyak.
Terlepas dari sejumlah situasi tersebut, dalam basis tahunan, harga minyak berada di jalur penurunan. Melemahnya permintaan minyak dari China dan meningkatnya produksi minyak di negara non-OPEC terus membebani harga minyak.