Harga minyak mentah WTI naik ke atas level $65 per barel setelah sempat mencatatkan penurunan empat hari berturut-turut. Kenaikan ini dipicu oleh positifnya sentimen investor terhadap perkembangan negosiasi perdagangan global.
Amerika Serikat dan Uni Eropa dikabarkan hampir mencapai kesepakatan dagang, di mana sebagian besar barang asal Uni Eropa yang masuk ke AS akan dikenakan tarif sebesar 15%. Kesepakatan ini disebut-sebut sebagai kelanjutan dari perjanjian serupa yang telah dicapai antara AS dan Jepang.
Optimisme terhadap potensi tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa turut meningkatkan risk appetite investor, sekaligus meredakan kekhawatiran atas kebijakan tarif yang berlarut-larut dan berpotensi menekan permintaan minyak mentah global.
Sementara itu, data dari Badan Informasi Energi (EIA) mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu turun 3.2 juta barel. Angka ini lebih tinggi dari ekspektasi pasar dan mengindikasikan kuatnya permintaan. Persediaan bensin juga dilaporkan turun 1.7 juta barel, sedangkan persediaan distilat justru naik 2.9 juta barel.
Di sisi lain, para investor turut mencermati rencana pertemuan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dengan para pejabat Tiongkok di Stockholm pada pekan depan. Pertemuan tersebut diperkirakan akan membahas masalah perpanjangan gencatan tarif serta kemungkinan pembelian minyak dari Rusia dan Iran oleh Tiongkok, yang saat ini tengah dikenai sanksi.
