Harga minyak mentah WTI diperdagangkan di sekitar level $74 per barel setelah sempat turun hampir 5% pada perdagangan hari sebelumnya.
Fokus para investor saat ini kembali tertuju pada prospek permintaan minyak dari China di tengah adanya ekspektasi bahwa China akan kembali mengucurkan stimulus guna mendongkrak aktivitas ekonominya.
Memburuknya prospek permintaan diimbangi oleh meningkatnya kekhawatiran terrhadap tensi konflik di wilayah Timur Tengah, terutama akibat adanya kekhawatiran bahwa Israel akan menyerang fasilitas minyak Iran.
Sementara itu, data API mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu melonjak 10.9 juta barel, atau jauh lebih tinggi dari ekspektasi naik 2 juta barel.
Di tempat terpisah, Morgan Stanley menaikkan proyeksi harga minyak mentah Brent pada kuartal keempat tahun ini menjadi $80 per barel dengan alasan meningkatnya risiko geopolitik. Kendati demikian, mereka juga memperingatkan kemungkinan terjadinya surplus pasokan pada tahun 2025.
