Yen Jepang berhasil menguat ke bawah level 148 per Dolar AS seiring meningkatnya permintaan atas aset safe haven, terutama di tengah adanya kekhawatiran seputar perang dagang dan potensi melambatnya ekonomi AS.
Pada hari Minggu (9 Maret) kemarin, Presiden AS Donald Trump ditanya tentang risiko resesi, dan dia menjawab bahwa ekonomi sedang mengalami “masa transisi”.
Dari sisi domestik, sebuah data menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan Jepang pada bulan Januari mengalami defisit untuk pertama kalinya dalam kurun dua tahun terakhir, lantaran impor jauh lebih besar dari ekspor.
Selain itu, upah riil – indikator daya beli konsumen – turun 1.8% (YoY), atau turun untuk pertama kalinya dalam kurun tiga bulan.
Dari sisi kebijakan moneter, Bank of Japan (BoJ) diprediksi masih akan mempertahankan tingkat suku bunganya saat ini, dan kemungkinan baru akan menaikkan suku bunganya lebih lanjut pada akhir tahun sebagai bagian dari strateginya untuk menormalisasi kebijakan moneter.
