BerandaIstilahAbsorption Costing

Absorption Costing

Absorption costing, kadang-kadang disebut “full costing,” adalah metode akuntansi manajerial untuk mencatat semua biaya yang terkait dengan pembuatan produk tertentu. Semua biaya langsung dan tidak langsung, seperti bahan langsung, tenaga kerja langsung, sewa, dan asuransi, diperhitungkan ketika menggunakan metode ini.

Berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP), perusahaan-perusahaan AS dapat menggunakan Absorption Costing untuk pelaporan eksternal, namun biaya variabel tidak diperbolehkan.

Memahami Absorption Costing

Absorption costing mencakup segala sesuatu yang merupakan biaya langsung dalam memproduksi suatu barang dalam basis biayanya. Absorption Costing juga mencakup biaya overhead tetap sebagai bagian dari biaya produk. Beberapa biaya yang terkait dengan pembuatan produk termasuk upah untuk karyawan yang secara fisik mengerjakan produk, bahan baku yang digunakan dalam memproduksi produk, dan semua biaya overhead (seperti semua biaya utilitas) yang digunakan dalam produksi.Berbeda dengan metode biaya variabel, setiap biaya dialokasikan ke produk yang diproduksi, apakah produk tersebut terjual atau tidak pada akhir periode.

Komponen-Komponen Absorption Costing

Komponen-komponen Absorption Costing meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke produk atau jasa tertentu. Biaya-biaya ini termasuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya langsung lainnya yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk atau layanan tertentu. Biaya ini juga dikenal sebagai biaya overhead dan mencakup hal-hal seperti utilitas, sewa, dan asuransi. Biaya tidak langsung biasanya dialokasikan ke produk atau jasa berdasarkan beberapa ukuran aktivitas, seperti jumlah unit yang diproduksi atau jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk menghasilkan produk.

Dalam perhitungan Absorption Costing, baik biaya langsung maupun tidak langsung dimasukkan ke dalam biaya produk. Ini berarti bahwa biaya setiap unit produk tidak hanya mencakup biaya langsung untuk memproduksi unit tersebut, tetapi juga sebagian dari biaya tidak langsung yang dikeluarkan dalam proses produksi. Total biaya produksi kemudian dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi untuk menentukan harga pokok setiap unit. Rumus untuk Absorption Costing dapat dituliskan sebagai berikut:

Absorption Costing = (Biaya tenaga kerja langsung + Biaya bahan baku langsung + Biaya overhead pabrik variabel + Biaya overhead pabrik tetap) / Jumlah unit yang diproduksi.

Absorption Costing vs Biaya Variabel

Absorption Costing dan biaya variabel adalah dua metode biaya yang berbeda yang digunakan untuk menghitung biaya produk atau jasa. Meskipun kedua metode ini digunakan untuk menghitung biaya produk, keduanya berbeda dalam hal jenis biaya yang disertakan dan tujuan penggunaannya. Perbedaan antara Absorption Costing dan biaya variabel terletak pada bagaimana biaya overhead tetap diperlakukan.

Dalam perhitungan Absorption Costing, semua biaya produksi, baik langsung maupun tidak langsung, dimasukkan ke dalam biaya produk. Ini berarti bahwa biaya setiap unit produk tidak hanya mencakup biaya langsung untuk memproduksi unit tersebut, seperti bahan baku dan tenaga kerja, tetapi juga sebagian dari biaya tidak langsung yang dikeluarkan dalam proses produksi, seperti biaya overhead. Absorption Costing biasanya digunakan untuk tujuan pelaporan eksternal, seperti menghitung harga pokok penjualan untuk laporan keuangan.

Biaya variabel, di sisi lain, hanya memasukkan biaya langsung dalam biaya produk. Biaya tidak langsung, atau biaya overhead, tidak termasuk dalam biaya produk di bawah biaya variabel. Sebaliknya, mereka diperlakukan sebagai biaya periode dan dicatat dalam laporan laba rugi pada periode terjadinya. Penetapan biaya variabel biasanya digunakan untuk pengambilan keputusan manajemen dan tujuan perencanaan, karena memberikan representasi yang lebih akurat tentang biaya tambahan yang terkait dengan produksi unit tambahan suatu produk.

Penetapan biaya variabel tidak menentukan biaya per unit dari overhead tetap, sedangkan penetapan Absorption Costing menentukannya. Penetapan biaya variabel akan menghasilkan satu pos biaya sekaligus untuk biaya overhead tetap ketika menghitung laba bersih pada laporan laba rugi. Absorption Costing akan menghasilkan dua kategori biaya overhead tetap: biaya yang diatribusikan ke harga pokok penjualan, dan biaya yang diatribusikan ke persediaan.

 

Keuntungan dan Kerugian dari Absorption Costing

Aset, seperti persediaan, tetap berada di neraca entitas pada akhir periode. Karena absorption costing mengalokasikan biaya overhead tetap ke harga pokok penjualan dan persediaan, biaya yang terkait dengan barang yang masih ada di persediaan akhir tidak akan dicatat dalam biaya pada laporan laba rugi periode berjalan. Absorption costing mencerminkan lebih banyak biaya tetap yang dapat diatribusikan ke persediaan akhir.

Absorption costing memastikan akuntansi yang lebih akurat untuk persediaan akhir karena biaya yang terkait dengan persediaan tersebut dikaitkan dengan biaya penuh persediaan yang masih ada. Selain itu, lebih banyak biaya dicatat dalam produk yang tidak terjual, yang mengurangi biaya aktual yang dilaporkan dalam periode berjalan pada laporan laba rugi. Hal ini menghasilkan perhitungan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan biaya variabel.

Karena Absorption Costing memasukkan biaya overhead tetap dalam biaya produknya, maka Absorption Costing tidak menguntungkan dibandingkan dengan biaya variabel ketika manajemen membuat keputusan penetapan harga tambahan internal. Hal ini dikarenakan variabel costing hanya akan memasukkan biaya tambahan untuk memproduksi unit tambahan berikutnya dari suatu produk.

Selain itu, penggunaan Absorption Costing menghasilkan situasi di mana hanya dengan memproduksi lebih banyak barang yang tidak terjual pada akhir periode akan meningkatkan laba bersih. Karena biaya tetap tersebar di seluruh unit yang diproduksi, maka biaya tetap unit akan menurun seiring dengan bertambahnya jumlah barang yang diproduksi. Oleh karena itu, ketika produksi meningkat, laba bersih secara alami meningkat, karena porsi biaya tetap dari harga pokok penjualan akan menurun.

Kesimpulan

Absorption costing adalah metode penetapan biaya yang mencakup semua biaya produksi, baik tetap maupun variabel, dalam biaya produk. Metode ini juga dikenal sebagai biaya penuh atau Absorption Costing penuh. Absorption costing digunakan untuk menentukan harga pokok penjualan dan saldo persediaan akhir pada laporan laba rugi dan neraca. Metode ini juga digunakan untuk menghitung margin laba pada setiap unit produk dan untuk menentukan harga jual produk.

Dalam perhitungan Absorption Costing, biaya overhead pabrik tetap dimasukkan ke dalam biaya produk sebagai biaya tidak langsung. Biaya-biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk tertentu, tetapi dikeluarkan dalam proses pembuatan produk. Biaya overhead pabrik tetap dialokasikan ke setiap unit produk berdasarkan tarif alokasi overhead yang telah ditentukan sebelumnya, yang dihitung dengan membagi total taksiran biaya overhead pabrik tetap dengan jumlah unit yang diperkirakan akan diproduksi. Selain biaya overhead pabrik tetap, Absorption Costing juga mencakup biaya produksi variabel dalam biaya produk. Biaya-biaya ini dapat ditelusuri secara langsung ke produk tertentu dan mencakup bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel.

  • Tags
  • A

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERBARU