BerandaIstilahCentrally Planned Economy

Centrally Planned Economy

Centrally planned economy, juga dikenal sebagai ekonomi komando, adalah sistem ekonomi di mana badan pemerintah membuat keputusan ekonomi terkait produksi dan distribusi barang. Centrally planned economy berbeda dengan ekonomi pasar, di mana keputusan-keputusan ini merupakan hasil dari ribuan pilihan yang dibuat oleh produsen dan konsumen.

Produksi barang dan jasa dalam ekonomi terencana sering kali dilakukan oleh perusahaan milik negara, meskipun perusahaan independen terkadang dimasukkan ke dalam perencanaan ekonomi. Harga, upah, dan jadwal produksi biasanya ditentukan oleh birokrasi terpusat.

Memahami Centrally Planned Economy

Perencanaan terpusat sering dikaitkan dengan pemerintahan Marxis-Leninis seperti Uni Soviet, Korea Utara, dan Jerman Timur. Dalam sebagian besar sejarahnya, aktivitas pasar sangat terbatas di negara-negara ini, dan pemerintah mengarahkan aktivitas ekonomi melalui perusahaan milik negara.

Setelah perang dunia kedua, banyak negara sosialis memilih untuk mengadopsi perencanaan ekonomi untuk memfokuskan sumber daya pada prioritas pemerintah yang mungkin tidak dapat dilayani secara memadai oleh kekuatan pasar saja. Selain itu, karena negara-negara ini secara ideologis menentang perusahaan swasta, perencanaan terpusat juga membantu menghilangkan mode produksi kapitalis.

Meskipun perencanaan terpusat biasanya dikaitkan dengan sistem politik sosialis atau komunis, banyak negara lain yang memberlakukan elemen-elemen perencanaan ekonomi pada masa perang atau keadaan darurat nasional. Sebagai contoh, banyak negara menerapkan sistem penjatahan selama perang dunia untuk mencegah kelangkaan dan mengendalikan harga barang kebutuhan pokok.

Teori Perencanaan Sentral

Para pendukung perencanaan terpusat percaya bahwa pemerintah dapat mengarahkan investasi ekonomi secara lebih efisien dibandingkan dengan pelaku swasta, terutama untuk tujuan-tujuan sosial yang memiliki potensi keuntungan yang lebih rendah. Selain itu, karena otoritas perencanaan memiliki lebih banyak sumber daya daripada perusahaan atau bisnis mana pun, proyek-proyek pemerintah juga dapat memperoleh manfaat dari skala ekonomi yang membuat proyek-proyek pemerintah lebih produktif dalam jangka panjang.

Namun, untuk mengkoordinasikan berbagai produsen dan sumber daya yang berbeda, perencanaan pusat biasanya membutuhkan birokrasi teknis yang berpendidikan tinggi. Hal ini menciptakan paradoks bagi negara-negara sosialis, karena para birokrat dapat mengambil peran sebagai kelas penguasa secara de facto.

Kritik Terhadap Centrally Planned Economy

Konsep perencanaan terpusat mendapat banyak kritik, terutama dari para ahli di mazhab ekonomi Austria. Salah satu kritik utama, yang dikaitkan dengan Friedrich Hayek, adalah bahwa perencana pusat tidak dapat merespons penawaran dan permintaan secara efisien. Dalam ekonomi pasar, perusahaan merespons sinyal harga dengan meningkatkan atau menurunkan produksi barang mereka.

Dalam ekonomi terencana, tidak ada sinyal harga, sehingga perencana tidak dapat secara akurat meramalkan produk mana yang akan dibutuhkan atau beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Ini berarti bahwa mungkin ada kekurangan atau kelebihan yang tidak perlu dari barang-barang tertentu.

Kritik lainnya adalah bahwa ekonomi komando mungkin kurang efisien, karena kurangnya tekanan persaingan. Sementara perusahaan swasta harus menghindari pemborosan agar tetap menguntungkan, perusahaan-perusahaan dalam ekonomi komando tidak memiliki tekanan untuk mendapatkan keuntungan atau mengurangi biaya.

Contoh Centrally Planned Economy

Perencanaan terpusat biasanya dikaitkan dengan negara-negara bekas komunis di Eropa Timur dan Uni Soviet, serta pemerintah kontemporer Kuba, Cina, dan beberapa negara di Asia. Dalam setiap contoh ini, negara bertindak sebagai produsen, distributor, dan pemberi kerja utama di hampir semua sektor ekonomi.

Hampir semua negara ini meninggalkan perencanaan terpusat dan beralih ke model ekonomi kapitalis atau campuran sejak tahun 1980-an. Dalam beberapa kasus, seperti di Cina, privatisasi aset-aset negara, yang dikombinasikan dengan masuknya investasi asing, menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat.

Baca Juga