Kamu mungkin pernah mendengar tentang K-Percent Rule atau “Aturan K-Percent”. Walaupun kedengarannya rumit, ide di balik aturan ini cukup sederhana. Pada dasarnya, K-Percent Rule adalah gagasan yang diusulkan oleh seorang ekonom terkenal bernama Milton Friedman tentang bagaimana bank sentral (seperti Federal Reserve di Amerika Serikat atau Bank Indonesia di Indonesia) sebaiknya mengelola pasokan uang dalam perekonomian. Inti dari K-Percent Rule adalah: alih-alih melakukan campur tangan dengan cara mengubah-ubah kebijakan moneter, bank sentral sebaiknya meningkatkan jumlah uang beredar dengan persentase tetap setiap tahun. Lalu, kenapa ide ini begitu penting?
Mari kita simak penjelasan lebih lanjut tentang apa itu K-Percent Rule, bagaimana cara kerjanya, dan kenapa Friedman berpikir bahwa aturan ini bisa menjaga stabilitas ekonomi.
Apa Itu K-Percent Rule?
K-Percent Rule adalah sebuah aturan kebijakan moneter yang diusulkan oleh Milton Friedman, seorang ekonom terkenal dari Universitas Chicago yang juga dikenal sebagai salah satu pelopor monetarisme. Dalam teorinya, Friedman menyarankan bank sentral agar meningkatkan jumlah uang beredar di dalam perekonomian dengan persentase tetap setiap tahunnya – persentase ini biasa disebut “K”. Misalnya, jika K ditetapkan sebesar 3%, maka setiap tahun bank sentral akan meningkatkan jumlah uang beredar sebesar 3%, tidak lebih dan tidak kurang.
Tujuan utama dari K-Percent Rule ini adalah untuk menghindari perubahan kebijakan moneter secara drastis, karena bisa menimbulkan ketidakpastian ekonomi. Dengan kata lain, K-Percent Rule dirancang untuk menciptakan suatu pola yang dapat diprediksi dalam perekonomian. Jadi, masyarakat dan pelaku pasar tidak perlu mengkhawatirkan keputusan dari bank sentral yang mungkin mengubah pasokan uang secara tiba-tiba.
Kenapa Milton Friedman Mengusulkan K-Percent Rule?
Friedman percaya bahwa kestabilan ekonomi akan lebih terjamin apabila laju pertumbuhan pasokan uang berjalan secara konstan. Alasannya, menurut Friedman, kebijakan moneter yang berubah-ubah malah sering memperparah fluktuasi ekonomi. Sebagai contoh, ketika bank sentral menaikkan suku bunga secara drastis guna menekan inflasi, hal ini sering kali menyebabkan perekonomian melambat atau bahkan resesi. Sebaliknya, jika bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang terlalu longgar, hal ini bisa membuat inflasi menjadi tidak terkendali.
Menurut Friedman, meningkatkan jumlah uang beredar secara stabil dan terukur adalah cara yang paling efektif untuk mencapai stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Ia berpandangan bahwa aturan ini bisa mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh bisnis dan rumah tangga, sehingga mereka bisa membuat keputusan ekonomi yang lebih baik karena kondisi ekonomi menjadi lebih dapat diprediksi.
Bagaimana Cara Kerja K-Percent Rule?
Dengan menggunakan K-Percent Rule, bank sentral hanya perlu menentukan persentase pertumbuhan uang beredar yang ideal bagi perekonomian. Persentase ini harus cukup untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa menyebabkan inflasi secara berlebihan. Misalnya, jika rata-rata pertumbuhan ekonomi adalah 3%, maka persentase pertumbuhan uang beredar kemungkinan sekitar 3% setiap tahun.
Setiap tahun, bank sentral akan menambah jumlah uang beredar sebesar “K” persen tanpa memperhitungkan kondisi ekonomi yang sedang terjadi. Konsep ini berbeda dengan pendekatan konvensional yang mempertimbangkan berbagai faktor ekonomi sebelum membuat keputusan terkait kebijakan moneter. Misalnya, dalam sistem konvensional, bank sentral akan menaikkan suku bunga ketika tingkat inflasi tinggi atau menurunkannya ketika ekonomi sedang lesu. Sebaliknya, dalam K-Percent Rule, bank sentral hanya perlu mengikuti satu aturan sederhana: meningkatkan pasokan uang dengan persentase tetap.
Apa Kelebihan K-Percent Rule?
Kepastian dan Prediktabilitas
K-Percent Rule memberikan kepastian bagi para pelaku ekonomi. Dengan mengetahui bahwa pasokan uang akan bertambah dengan persentase tetap setiap tahun, perusahaan dan individu dapat membuat perencanaan pengeluaran dan investasi dengan lebih percaya diri.
Mengurangi Risiko Kesalahan Kebijakan
Karena K-Percent Rule hanya memerlukan peningkatan uang beredar dengan persentase tetap, bank sentral tidak perlu membuat kebijakan moneter yang mungkin berisiko atau keliru. Dengan demikian, kebijakan moneter akan menjadi lebih simpel dan transparan.
Mengurangi Inflasi yang Tidak Terkendali
Dengan mengikuti K-Percent Rule, risiko inflasi yang tidak terkendali dapat ditekan karena pasokan uang tidak akan bertambah terlalu cepat. Pada saat yang sama, risiko deflasi atau perlambatan ekonomi juga bisa dicegah karena terdapat jaminan bahwa pasokan uang akan terus meningkat dengan persentase tertentu.
Tantangan dan Kritik terhadap K-Percent Rule
Namun, meskipun memiliki kelebihan, K-Percent Rule juga mendapatkan beberapa kritik. Salah satu kritik utamanya adalah bahwa K-Percent Rule dianggap terlalu kaku untuk menghadapi dinamika perekonomian yang selalu berubah. Ekonomi bukanlah sesuatu yang bisa diprediksi, dan faktor-faktor eksternal seperti krisis keuangan global, pandemi, atau fluktuasi harga minyak dapat memberikan pengaruh signifikan yang tidak bisa diatasi hanya dengan meningkatkan pasokan uang beredar secara tetap.
Selain itu, K-Percent Rule juga mengabaikan kebutuhan untuk menyesuaikan kebijakan moneter dalam menghadapi situasi tertentu, seperti inflasi yang sangat tinggi atau krisis likuiditas. Banyak ekonom berpendapat bahwa fleksibilitas dalam kebijakan moneter sering kali diperlukan untuk menjaga kestabilan ekonomi.
Kesimpulan
K-Percent Rule adalah sebuah ide yang menarik dan revolusioner dari Milton Friedman tentang bagaimana bank sentral seharusnya mengelola pasokan uang untuk menjaga kestabilan ekonomi. Dengan hanya meningkatkan pasokan uang dengan persentase tetap setiap tahun, Friedman berharap agar kebijakan moneter bisa menjadi lebih simpel, dapat diprediksi, dan bebas dari intervensi yang mungkin malah merusak stabilitas ekonomi.
Walaupun K-Percent Rule memiliki kelebihan dalam hal memberikan kepastian, tidak semua ekonom setuju dengan ide ini. Mereka yang mengkritik K-Percent Rule berpendapat bahwa ekonomi membutuhkan kebijakan yang lebih fleksibel agar mampu menghadapi berbagai kondisi yang selalu berubah.
Terlepas dari hal tersebut, K-Percent Rule tetap menjadi salah satu konsep penting dalam diskusi kebijakan moneter. Walaupun idenya tidak diterapkan secara langsung, prinsip yang diusungnya tetap relevan, yaitu pentingnya menjaga kestabilan dan prediktabilitas dalam kebijakan moneter guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.