Harga emas melanjutkan tren negatifnya dan saat ini diperdagangkan di bawah level $3340 per troy ons. Penurunan ini dipicu oleh positifnya data ekonomi Amerika Serikat, yang juga mengurangi urgensi Federal Reserve untuk segera memangkas suku bunganya.
Data penjualan ritel AS mencatatkan kenaikan yang lebih besar dari ekspektasi pasar. Selain itu, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran juga mengalami penurunan. Kedua indikator ini mencerminkan ekonomi AS masih tetap kuat meskipun berada di bawah bayang-bayang kebijakan tarif.
Menanggapi data tersebut, Dewan Gubernur The Fed Adriana Kugler menyatakan bahwa The Fed sebaiknya mempertahankan tingkat suku bunganya saat ini. Namun, Ketua The Fed San Fransisco, Mary Daly, tetap memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunganya hingga dua kali sepanjang sisa tahun ini.
Meskipun demikian, permintaan emas sebagai aset lindung nilai masih tetap tinggi. Hal ini disebabkan oleh belum meredanya ketidakpastian seputar perdagangan global, terutama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan akan mengumumkan kebijakan tarif yang baru bagi 150 mitra dagang AS.
Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik juga turut menopang daya tarik emas sebagai aset safe haven. Belum meredanya konflik antara Rusia dan Ukraina, serta memanasnya tensi geopolitik di wilayah Timur Tengah, menjadi faktor lain yang mendongkrak permintaan emas di tengah adanya ketidakpastian ekonomi global.