Harga minyak mentah WTI melonjak ke sekitar level $76 per barel, yang merupakan level tertingginya sejak Januari. Kenaikan ini dipicu oleh kekhawatiran akan gangguan pasokan setelah Israel melancarkan serangan preemtif terhadap Iran.
Israel kemudian menetapkan status situasi khusus, yang mengindikasikan kemungkinan Iran akan segera melakukan serangan balasan terhadap Israel. Hal ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut. Potensi konflik yang lebih luas di Timur Tengah dikhawatirkan dapat mengganggu jalur pengiriman minyak di Selat Hormuz, yang merupakan rute penting bagi sekitar 20% aliran minyak dunia.
Membuat tensi geopolitik semakin memanas, Amerika Serikat tengah bersiap untuk mengevakuasi sebagian personelnya dari wilayah Timur Tengah setelah Iran mengancam akan menyerang pangkalan militer AS jika pembicaraan nuklir mengalami kebuntuan.
Faktor lain yang turut mendongkrak harga minyak adalah laporan dari EIA (Badan Informasi Energi) AS yang mengungkapkan bahwa persediaan minyak mentah AS pada pekan lalu turun lebih besar dari perkiraan. Selain itu, data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan juga memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunganya pada bulan September.