Common Stock adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan di perusahaan. Pemegang common Stock dapat memilih dewan direksi dan memberikan suara untuk kebijakan perusahaan. Bentuk kepemilikan ekuitas ini biasanya menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Namun, jika terjadi likuidasi, pemegang common Stock memiliki hak atas aset perusahaan hanya setelah pemegang obligasi, pemegang saham preferen, dan pemegang utang lainnya dibayar penuh. Common Stock dilaporkan di bagian ekuitas pemegang saham di neraca perusahaan.
Memahami Common Stock
Common Stock mewakili klaim residual atas laba perusahaan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Dengan demikian, pemegang saham dikatakan sebagai pemilik sebagian dalam sebuah perusahaan. Ini bukan berarti pemegang saham bisa masuk ke kantor perusahaan dan mengklaim kepemilikan sebagian kursi, meja, atau komputer. Benda-benda ini dimiliki oleh perusahaan itu sendiri, yang merupakan badan hukum. Sebaliknya, pemegang saham memiliki klaim residual ini. Common stock diperdagangkan di bursa dan dapat dibeli dan dijual oleh investor atau pedagang. Pemegang Common stock berhak menerima dividen.
Common Stock pertama kali diterbitkan pada tahun 1602 oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda dan diperkenalkan di Bursa Efek Amsterdam. Selama lebih dari 400 tahun berikutnya, pasar saham telah muncul di seluruh dunia, dengan puluhan ribu perusahaan terdaftar di bursa saham global seperti London Stock Exchange dan Tokyo Stock Exchange.
Saham-saham besar yang berbasis di AS diperdagangkan di bursa publik, seperti New York Stock Exchange (NYSE) atau NASDAQ. Pada Q1 2022, NYSE memiliki 7.417 listing dengan kapitalisasi pasar sekitar $53 triliun, menjadikannya bursa saham terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. Ada juga beberapa bursa internasional untuk saham asing, Perusahaan yang ukurannya lebih kecil dan tidak dapat memenuhi persyaratan pencatatan di bursa dianggap tidak tercatat. Saham-saham yang tidak terdaftar ini diperdagangkan di luar bursa (OTC).
Pertimbangan Khusus
Kebangkrutan Perusahaan
Dengan Common Stock, jika perusahaan bangkrut, pemegang Common Stock tidak akan menerima uang mereka hingga kreditor, pemegang obligasi, dan pemegang saham preferen menerima bagian mereka masing-masing. Hal ini membuat Common Stock lebih berisiko daripada saham utang atau saham preferen. Keuntungan Common Stock adalah Common Stock biasanya mengungguli obligasi dan saham preferen dalam jangka panjang. Banyak perusahaan menerbitkan ketiga jenis sekuritas ini. Contohnya, Wells Fargo & Company memiliki beberapa obligasi yang tersedia di pasar sekunder. Perusahaan ini juga memiliki saham preferen, seperti Seri L (NYSE: WFC-L), dan Common Stock (NYSE: WFC).
Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)
Agar perusahaan dapat menerbitkan saham, perusahaan harus memulai dengan melakukan penawaran umum perdana (IPO). IPO adalah cara terbaik bagi perusahaan yang mencari modal tambahan untuk berkembang. Untuk memulai proses IPO, perusahaan harus bekerja sama dengan perusahaan penjamin emisi, yang membantu menentukan jenis dan harga saham. Setelah tahap IPO selesai, masyarakat umum dapat membeli saham baru di pasar sekunder.
Common Stock dan Investor
Saham harus dianggap sebagai bagian penting dari portofolio investor. Saham memiliki risiko yang lebih besar jika dibandingkan dengan deposito, saham preferen, dan obligasi. Namun, dengan risiko yang lebih besar, ada potensi keuntungan yang lebih besar pula. Dalam jangka panjang, saham cenderung mengungguli investasi lain, namun lebih rentan terhadap volatilitas dalam jangka pendek.
Ada juga beberapa jenis saham. Saham pertumbuhan adalah perusahaan yang cenderung meningkat nilainya karena pendapatan yang meningkat. Saham value adalah perusahaan yang harganya lebih rendah dibandingkan fundamentalnya. Saham nilai menawarkan dividen, tidak seperti saham pertumbuhan. Saham dikategorikan berdasarkan kapitalisasi pasar – besar, menengah, atau kecil. Saham berkapitalisasi besar lebih banyak diperdagangkan dan umumnya merupakan indikasi perusahaan yang lebih stabil. Saham berkapitalisasi kecil biasanya merupakan perusahaan baru yang ingin tumbuh; jadi, saham ini bisa jauh lebih tidak stabil dibandingkan saham berkapitalisasi besar.