BerandaIstilahSmithsonian Agreement

Smithsonian Agreement

Smithsonian Agreement adalah salah satu tonggak penting dalam sejarah sistem keuangan global. Meskipun namanya mungkin tidak sepopuler “Bretton Woods” atau “Krisis Keuangan Global”, peranannya dalam mencoba menstabilkan nilai tukar mata uang dunia di awal tahun 1970-an sangat krusial. Kesepakatan ini muncul sebagai respons terhadap gejolak besar dalam sistem moneter internasional yang saat itu sedang mengalami tekanan luar biasa. Untuk memahami mengapa Smithsonian Agreement sangat penting, kita perlu melihat konteks sejarah dan ekonomi global pada saat itu.

Latar Belakang Munculnya Smithsonian Agreement

Untuk memahami Smithsonian Agreement, kita harus mundur sedikit ke masa setelah Perang Dunia II, tepatnya ke tahun 1944 saat sistem Bretton Woods disepakati. Sistem ini menetapkan bahwa mata uang dunia dipatok terhadap dolar AS, sementara dolar AS sendiri dipatok terhadap emas (nilai tetap $35 per ons). Ini menciptakan sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) yang bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi global pasca-perang.

Awalnya sistem ini berjalan cukup baik, karena AS saat itu menjadi kekuatan ekonomi terbesar dan memiliki cadangan emas yang sangat besar. Namun, seiring waktu, ada banyak ketidakseimbangan yang mulai muncul. Amerika Serikat mengalami defisit anggaran karena membiayai Perang Vietnam dan program sosial domestik besar-besaran (seperti “Great Society”). Defisit itu dibiayai dengan mencetak uang, yang menyebabkan inflasi dan menurunkan kepercayaan dunia terhadap dolar.

Masalah semakin parah karena negara-negara lain yang menahan dolar AS mulai meragukan apakah AS benar-benar bisa menukar dolar mereka dengan emas sesuai janji. Akibatnya, banyak negara mulai menukar cadangan dolar mereka dengan emas. Cadangan emas AS pun semakin menipis. Ini memunculkan krisis kepercayaan global terhadap sistem Bretton Woods.

Puncaknya terjadi pada 15 Agustus 1971 ketika Presiden AS Richard Nixon secara sepihak menghentikan konversi dolar ke emas. Langkah ini dikenal dengan sebutan “Nixon Shock” dan pada dasarnya mengakhiri sistem Bretton Woods secara de facto. Dunia memasuki masa ketidakpastian nilai tukar, dan kekhawatiran akan gejolak ekonomi menjadi sangat besar. Dari sinilah lahir kebutuhan akan kesepakatan baru yang bisa mengembalikan stabilitas moneter internasional.

Baca Juga: Apa Itu Obamanomics?

Smithsonian Agreement: Upaya Menyelamatkan Sistem

Setelah keputusan Nixon, negara-negara maju merasa harus mencari solusi bersama. Pada Desember 1971, perwakilan dari 10 negara industri—antara lain Amerika Serikat, Jepang, Jerman Barat, Prancis, Inggris, Italia, Kanada, Belanda, dan Belgia—berkumpul di Smithsonian Institution di Washington D.C. Mereka berusaha membentuk suatu kesepakatan baru untuk menggantikan sistem Bretton Woods.

Dari pertemuan ini lahirlah Smithsonian Agreement. Kesepakatan ini bertujuan untuk menciptakan sistem nilai tukar tetap yang lebih fleksibel. Beberapa poin penting dari kesepakatan ini adalah:

  • Nilai tukar baru disepakati di mana dolar AS didevaluasi sekitar 8% terhadap emas (dari $35 menjadi $38 per ons emas).
  • Negara-negara lain juga menyesuaikan nilai tukar mata uang mereka terhadap dolar. Yen Jepang, Deutsche Mark Jerman, dan mata uang utama lainnya diapresiasi terhadap dolar AS.
  • Meskipun masih menggunakan sistem nilai tukar tetap, Smithsonian Agreement memberikan ruang fluktuasi hingga 2,25% di atas atau di bawah nilai tukar yang disepakati. Ini merupakan campuran antara sistem nilai tukar tetap dan mengambang (floating).

Tujuan dan Harapan dari Smithsonian Agreement

Tujuan utama dari Smithsonian Agreement adalah mengembalikan stabilitas sistem keuangan internasional dan meredakan krisis kepercayaan terhadap dolar AS. Negara-negara peserta ingin menghindari situasi di mana setiap negara mengambil kebijakan moneter sendiri-sendiri tanpa koordinasi global, karena hal itu bisa memperparah ketidakpastian dan inflasi.

Di sisi lain, AS ingin mengurangi tekanan terhadap cadangan emas mereka dan mendapatkan waktu untuk memperbaiki kondisi ekonomi domestiknya. Negara-negara lain, khususnya Eropa dan Jepang, ingin menjaga daya saing ekspor mereka tanpa harus terlalu bergantung pada sistem lama yang terbukti rapuh.

Secara umum, Smithsonian Agreement dianggap sebagai bentuk kompromi global yang cukup progresif pada masanya. Ia berusaha menciptakan sistem yang tidak sepenuhnya “fixed” seperti Bretton Woods, tapi juga belum “floating” seperti sistem sekarang. Ini semacam “jembatan” antara dua era moneter dunia.

Baca Juga: Apa Itu Crude Oil?

Dampak dan Kegagalan Smithsonian Agreement

Sayangnya, meskipun niatnya baik, Smithsonian Agreement tidak bertahan lama. Dalam waktu kurang dari dua tahun, sistem yang baru disepakati ini kembali runtuh. Mengapa? Karena kesepakatan ini hanya mengobati gejala, bukan akar permasalahannya.

Pertama, devaluasi dolar yang hanya 8% ternyata tidak cukup untuk memperbaiki defisit perdagangan AS. Negara-negara lain tetap merasa bahwa dolar terlalu kuat dan menciptakan ketidakseimbangan perdagangan. Kedua, AS masih terus mencetak uang dan menjalankan kebijakan fiskal ekspansif, yang memperburuk inflasi.

Ketiga, sistem nilai tukar tetap meski dengan fleksibilitas 2,25% ternyata tetap terlalu kaku dalam menghadapi gejolak pasar yang semakin dinamis. Akhirnya pada tahun 1973, negara-negara maju memutuskan untuk membiarkan mata uang mereka mengambang bebas sesuai mekanisme pasar. Ini menjadi awal dari era nilai tukar mengambang (floating exchange rate) yang kita kenal sekarang.

Warisan Smithsonian Agreement

Smithsonian Agreement bisa dibilang adalah “usaha terakhir” dunia untuk menyelamatkan sistem Bretton Woods dalam bentuk yang dimodifikasi. Meskipun kesepakatan ini gagal dalam jangka panjang, ia tetap memiliki arti penting dalam sejarah ekonomi dunia.

Pertama, Smithsonian Agreement menunjukkan bahwa kerja sama internasional tetap menjadi elemen penting dalam menangani krisis global. Kedua, kesepakatan ini menandai transisi penting dari era nilai tukar tetap menuju sistem nilai tukar mengambang yang lebih fleksibel.

Dari sini kita belajar bahwa sistem moneter internasional tidak bisa statis. Ia harus beradaptasi dengan perubahan kondisi ekonomi global. Smithsonian Agreement menjadi contoh nyata bahwa ketika sistem yang ada tidak lagi relevan, maka diperlukan reformasi yang berani—meskipun itu hanya solusi sementara.

Buat kamu yang tertarik dengan ekonomi internasional atau ingin memahami bagaimana dinamika mata uang global terbentuk, mempelajari Smithsonian Agreement adalah langkah yang penting. Ini bukan hanya tentang kesepakatan teknis antarnegara, tapi juga tentang bagaimana dunia mencoba bekerja sama di tengah krisis untuk menjaga stabilitas bersama.

Baca Juga: Apa Itu Oscillator of a Moving Average (OsMA)?

Kesimpulan

Smithsonian Agreement mungkin hanyalah satu bab dari sejarah panjang sistem moneter global, tapi ia memberi kita pelajaran penting: bahwa stabilitas ekonomi dunia tidak bisa hanya bergantung pada satu negara atau satu sistem. Butuh kerja sama, adaptasi, dan kadang—keberanian untuk mengubah arah.

Kalau kamu pengen tahu lebih banyak tentang bagaimana sistem keuangan global terus berubah dari waktu ke waktu, Smithsonian Agreement adalah titik yang pas untuk memulai eksplorasi. Karena dari sini, kamu bisa melihat bagaimana sejarah membentuk dunia yang kita kenal sekarang.

FAQ

Apa itu Smithsonian Agreement?

Smithsonian Agreement adalah kesepakatan internasional yang dibuat pada Desember 1971 oleh negara-negara industri untuk menstabilkan sistem moneter global setelah runtuhnya sistem Bretton Woods. Kesepakatan ini menetapkan nilai tukar baru terhadap dolar AS dan memungkinkan kurs untuk berfluktuasi sebesar ±2,25%.

Siapa saja negara yang terlibat dalam Smithsonian Agreement?

Negara-negara yang terlibat dalam Smithsonian Agreement adalah negara-negara anggota kelompok G10, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Jerman Barat, Inggris, Prancis, Italia, Kanada, Belanda, Belgia, dan Swedia. Mereka bertemu di Smithsonian Institution di Washington D.C. untuk mencapai kesepakatan ini.

Apa tujuan utama dari Smithsonian Agreement?

Tujuan utama Smithsonian Agreement adalah untuk menyelamatkan stabilitas nilai tukar internasional setelah dihentikannya konversi dolar ke emas oleh AS (Nixon Shock). Kesepakatan ini bertujuan untuk memulihkan kepercayaan terhadap sistem keuangan global dan mencegah krisis ekonomi yang lebih parah akibat gejolak mata uang.

Mengapa Smithsonian Agreement gagal?

Smithsonian Agreement gagal karena reformasi yang dilakukan tidak cukup besar untuk memperbaiki ketidakseimbangan ekonomi global. Dolar AS tetap dianggap terlalu kuat, inflasi tetap tinggi di AS, dan sistem nilai tukar semi-fleksibel yang disepakati tetap tidak mampu menghadapi dinamika pasar. Akhirnya, pada 1973, negara-negara maju memilih untuk membiarkan nilai tukar mata uang mereka mengambang bebas.

Apa dampak jangka panjang dari kegagalan Smithsonian Agreement?

Kegagalan Smithsonian Agreement membuka jalan bagi sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate) yang digunakan hingga sekarang. Ini menandai berakhirnya dominasi sistem nilai tukar tetap dan menyesuaikan sistem moneter global agar lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan ekonomi dan geopolitik dunia.

Artikel Sebelumnya
Artikel Berikutnya

Baca Juga