Contingent Asset adalah manfaat ekonomi potensial yang bergantung pada beberapa kejadian di masa depan yang sebagian besar berada di luar kendali perusahaan. Contingent Asset juga dikenal sebagai aset potensial.
Tidak diketahuinya secara pasti apakah keuntungan ini akan terwujud, atau kemampuan untuk menentukan nilai ekonomisnya secara tepat, berarti aset ini tidak dapat dicatat dalam neraca. Namun, aset ini dapat dilaporkan dalam catatan kaki laporan keuangan, asalkan kondisi tertentu terpenuhi.
Memahami Contingent Asset
Contingent Asset menjadi aset yang dapat dicatat di neraca ketika realisasi arus kas yang terkait dengan aset tersebut relatif pasti. Dalam hal ini, aset tersebut diakui pada periode terjadinya perubahan status.
Contingent Asset mungkin timbul karena nilai ekonomisnya tidak diketahui. Atau, Contingent Asset dapat timbul karena ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil dari suatu peristiwa yang menyebabkan timbulnya suatu aset. Contingent Asset muncul karena peristiwa sebelumnya, tetapi keseluruhan informasi aset tidak akan terkumpul sampai peristiwa masa depan terjadi.
Ada juga kewajiban kontinjensi atau kewajiban potensial. Tidak seperti Contingent Asset, liabilitas ini mengacu pada potensi kerugian yang mungkin terjadi, tergantung pada bagaimana peristiwa tertentu di masa depan terjadi.
Contoh Contingent Asset
Sebuah perusahaan yang terlibat dalam gugatan hukum yang mengharapkan untuk menerima kompensasi memiliki Contingent Asset karena hasil dari kasus tersebut belum diketahui dan jumlah dolarnya belum ditentukan.
Katakanlah Perusahaan ABC telah mengajukan gugatan terhadap Perusahaan XYZ karena melanggar paten. Jika ada kemungkinan besar Perusahaan ABC akan memenangkan kasus ini, maka Perusahaan ABC memiliki Contingent Asset. Aset potensial ini umumnya akan diungkapkan dalam laporan keuangannya, tetapi tidak dicatat sebagai aset sampai gugatan tersebut diselesaikan.
Berdasarkan contoh yang sama, Perusahaan XYZ perlu mengungkapkan potensi liabilitas kontinjensi dalam catatannya dan kemudian mencatatnya dalam akun-akunnya, jika perusahaan tersebut kalah dalam gugatan dan diperintahkan untuk membayar ganti rugi.
Contingent Asset juga muncul ketika perusahaan berharap untuk menerima uang melalui penggunaan garansi. Contoh lain termasuk manfaat yang akan diterima dari penyelesaian pengadilan atau penyelesaian pengadilan lainnya. Merger dan akuisisi yang diantisipasi harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Persyaratan Pelaporan
Prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan Contingent Asset jika ada kemungkinan besar bahwa potensi keuntungan ini pada akhirnya akan direalisasikan. Untuk GAAP AS, secara umum harus ada 70% kemungkinan bahwa keuntungan tersebut akan terjadi. IFRS, di sisi lain, sedikit lebih lunak dan secara umum mengizinkan perusahaan untuk membuat referensi untuk keuntungan potensial jika ada setidaknya 50% kemungkinan bahwa hal itu akan terjadi.
International Accounting Standard 37 (IAS 37), yang berlaku untuk IFRS, menyatakan sebagai berikut: “Contingent Asset tidak diakui, tetapi diungkapkan jika besar kemungkinan arus masuk manfaat akan terjadi. Namun demikian, ketika arus masuk manfaat hampir pasti terjadi, maka aset diakui dalam laporan posisi keuangan karena aset tersebut tidak lagi dianggap sebagai Contingent Asset.”Sementara itu, kebijakan akuntansi Contingent Asset untuk GAAP terutama diuraikan dalam Financial Accounting Standards Board (FASB) Accounting Standards Codification (ASC) Topik 450.
Pertimbangan Khusus
Perusahaan harus mengevaluasi kembali aset potensial secara terus-menerus. Ketika Contingent Asset menjadi mungkin, perusahaan harus melaporkannya dalam laporan keuangan dengan mengestimasi pendapatan yang akan diperoleh. Estimasi ini dibuat dengan menggunakan berbagai kemungkinan hasil, risiko terkait, dan pengalaman dengan Contingent Asset potensial yang serupa.
Contingent Asset diatur berdasarkan prinsip konservatisme, yang merupakan praktik akuntansi yang menyatakan bahwa peristiwa dan hasil yang tidak pasti harus dilaporkan dengan cara yang menghasilkan potensi laba terendah. Dengan kata lain, perusahaan tidak dianjurkan untuk menaikkan ekspektasi dan umumnya disarankan untuk menggunakan estimasi penilaian aset yang paling rendah.
Selain itu, tidak ada keuntungan yang dapat dicatat dari Contingent Asset sampai aset tersebut benar-benar terjadi. Prinsip konservatisme menggantikan prinsip pencocokan akuntansi akrual, yang berarti aset tidak boleh dilaporkan sampai suatu periode setelah biaya terkait terjadi.